1.
1
Latar Belakang
Filsafat
Barat muncul di Yunani, sekitar abad ke 7 M. Hal ini disebabkan karena orang –
orang mulai berfikir tentang alam, dunia, dan lingkungannya. Mereka tidak lagi
menggantungkan agama, karena mereka ingin mengetahui keadaan alam sesuai dengan
eksperimen mereka atau hasil riset. Filsuf – filsuf terbesar di Yunani adalah
Sokrates, Plato, Aristotheles. Sokrates adalah guru dari Plato, sedangkan
Aristotheles adalah murid dari Plato. Namun ada yang berpendat bahwa sejarah
filsafat tidak lain hanya komentar – komentar karya Plato belaka. Hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh Plato sangat besar terhadap sejarah filsafat.
Menurut
sejarah bahwa Plato hidup dalam suatu periode gelap kehidupan politik Athena.
Ia lahir pada masa pemerintahan otoriter dan militer sparta yang menghancurkan
kebesaran dan masa jaya Athena di bawah Perikles melalui perang Pelopponesus.
Plato banyak memunculkan persoalan – persoalan yang menyangkut kehidupan moral
dan politik. Filsafat politik Plato membahas tentang segi kehidupan manusia
dalam hubungan dengan negara. Bagi Plato, manusia dan negara memiliki persamaan
yang hakiki, oleh sebab itu apabila negaranya baik berarti manusianya baik.
Begitu juga sebaliknya, jika negara buruk maka manusianya pun buruk. Negara
adalah pencerminan dari manusia yang menjadi warganya.
Plato
adalah seorang filosof yang memiliki peringkat terpanjang sepajang masa. Berbagai
tulisan karya Plato merupakan sumber terbaik dan terpercaya. Semua karyanya
berbentuk dialog, beberapa diantaranya memang ada yang berbentuk monolog
virtual yang dibubuhi ungkapan kata seru. Interpretasi terhadap karya Plato
tersebut sebagai bukti bahwa pandangan Plato sendiri bukanlah persoalan mudah. Pada
dasarnya gagasan – gagasan Plato semua konsekuensi generiknya banyak
memunculkan reaksi dan diskusi, khususnya gagasan kontroversial yang
diprakarsai oleh para pemikir yang dikenal atau menamakan diri kaum
postmodernis. Kelompok terakhir ini merupakan kelompok yang anti terhadap pola
berfikir yang mendasarkan diri pada subjek (pelaku), gagasan tentang esensi,
kesadaran dan kebenaran mutlak.
1.
2 Rumusan Masalah
Ø
Bagaimanakah kisah hidup Plato pada masa Yunani kuno?
Ø
Bagaimanakah pemikiran
Plato dalam berfilsafat?
Ø
Apa saja karya – karya Plato?
Ø
Apa pengaruh Plato pada masa setelahnya !
1.
3 Tujuan Penulisan
Ø
Untuk menjelaskan tentang kisah hidup Plato.
Ø
Membantu mahasiswa untuk memahami pemikiran atau doktrin
Plato.
Ø
Membantu mahasiswa untuk dapat mengetahui karya – karya
Plato.
Ø
Membantu mahasiswa untuk memahami pengaruh Plato terhadap
masa setelahnya.
PEMBAHASAN
2. 1 Kisah Hidup Plato
1.
Kelahiran dan Silsilah
Hidupnya
Plato dilahirkan di Atena pada tahun 427 S.M dan meninggal di sana
pada tahun 347 S.M. dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi
yang turun-temurun memegang politik penting dalam politik Atena. Ayah Plato
adalah Ariston, seorang bangsawan keturunan raja Kodrus, raja terakhir Athena
yang hidup sekitar 1068 SM yang terkenal dengan kecakapan dan kebijaksanaanny
dalam memimpin Athena. Ibunya bernama Perictione, adalah keturunan dari Solon, yang merupakan tokoh legendaris dan negarawan agung
Athena. Adeimantus dan Glaucon, yang muncul sebagai
karakter dalam Republik, adalah saudara Plato yang lebih tua, dia mempunyai
adik, yang bernama Potone, yang putranya Speusippus berhasil Plato sebagai
kepala Academy. Charmides dan Critias, keduanya paman Plato, muncul sebagai
karakter dalam dialog.[1]
Nama aslinya Plato ialah Aristokles. Sedangkan nama Plato diberikan
oleh gurunya senam. Kemudian nama ini menjadi resmi yang diabadikan lewat karya
– karyanya. Plato dikenal sebagai filsuf yang memiliki peringkat terdepan
sepanjang masa, yang menggunakan filsafat panjang, yang berarti cinta
pengetahuan. Ia adalah seorang pemikir yang lebih sistematis dan positif dari
socrates. Namun tulisan serta dialog – dialog sebelumnya, dapat disebut sebagai
kelanjutan dan elaborasi dari wawasan Sokrates.
Sejak muda, ia bercita-cita untuk menjadi orang negara. Tetapi
perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti
jalan hidup yang diinginkannya. Plato termasuk seorang pemuda yang cerdas. Pada
masa kecil, selain pelajaran umum, seperti menggambar, melukis, serta belajar
musik dan puisi. Ia mampu membuat karangan yang bersajak. Sejak saat itu ia
mendapat didikan dari guru filosofinya yang bernama Kratylos yang mengajarkan
filosofi. Kratylos adalah murid dari Herakleitos yang mengajarkan “semuanya
berlalu” seperti air. Ternyata ajaran yang seperti itu tidak hinggap di dalam
kalbu anak aristocrat yang terpengaruh oleh tradisi keluarganya.
2. 2 Historis Plato
Pada umur 20 tahun, Plato mengikuti pelajaran Sokrates, yang
memberi kepuasan baginya. Pengaruh Sokrates makin hari makin mendalam baginya.
Ia adalah murid Sokrates yang setia. Sampai pada akhir hidupnya Sokrates tetap
menjadi pujaannya. Sokrates baginya adalah seorang guru dan sahabat.
. .
. . the noblest and the wisest and most just.[2]
. .
. . yang paling mulia dan paling bijaksana dan yang paling tulus.
Ungkapan di atas menunjukkan bahwa Sokrates adalah orang yang
paling khusus dalam kehidupannya. Hampir seluruh karya filsafati Plato
menggunakan metode “ Sokratik” yaitu metode yang dikembangkan oleh Sokrates
yang dikenal dengan nama “metode dialektis”. Metode ini terwujud dalam suatu
bentuk tanya jawab atau dialog sebagai salah satu bentuk dalam meraih kebenaran
dan pengetahuan. Pada dasarnya Plato hanya mewarisi filsafat Sokrates, yang
mana hanya mengenal nilai kesusilaan yang menjadi norma atau aturan dalam diri
dan kehidupan manusia. Setelah Sokrates meninggal pada (399 SM) merupakan
permulaan ia mengembara selama dua belas tahun. Ia pergi ke Megara dan menetap
disitu, dirumah sahabatnya yang bernama Euklides. Disini ia mengarang dialog
mengenai berbagai macam pengertian dalam masalah hidup, berdasarkan ajaran
Sokrates.
Setelah menetap di Megara, ia pergi ke Kyrena, di sana ia
memperdalam pengetahuan tentang matematik pada seorang guru ilmu yang bernama
Theodoros. Namun Plato juga mengajarkan filosofi dan mengarang buku. Kemudian
ia pergi ke Italia selatan dan terus ke sirakusa dipulau sisiria, yang pada
waktu itu diperintah oleh seorang tiran, yang bernama Dionysios. Dionysios
mengajak plato tinggal di istananya.
Ia merasa bangga diantara orang-orang yang mengelilinginya terdapat
pujangga dari dunia Grik yang kesohor namanya. Disini Plato belajar kenal
dengan ipar radja Dionysios yang masih muda bernama Dion, yang akhirnya menjadi
sahabat karibnya. Diantara mereka berdua terdapat kata sepakat, supaya Plato
mempengaruhi Dionysios dengan ajaran filosofinya, agar tercapai suatu perbaikan
sosial. Seolah-olah datang baginya untuk melaksanakan teorinya tentang pemerintah
yang baik dalam praktik. Sudah lama tertanam di dalam kalbunya, bahwa
kesengsaraan di dunia tidak akan berakhir sebelum filosof menjadi raja atau
raja-raja menjadi filosof. Tetapi ajaran plato yang dititik-beratkan kepada
pengertian moral dalam segala perbuatan. Di sinilah kesempatan baik Plato dalam
mewujudka keinginannya untuk menerapkan dan mempraktikan ajaran filsafat dalam
pemerintahan sesungguhnya. Ia berpendapat bahwa kesengsaraan di sunia tidak
akan berakhir, sebelum filosof menjadi raja atau raja menjadi filosof.[3]
Pada akhirnya filsafat Plato membuat bosan Dionysios. Filsafat
Plato dituding membahayakan bagi kerajaan. Akhirnya Plato ditangkap dan dijual
sebagai budak di pasar, namun ia terkenal sebagai bekas murid dari Annikeris,
dan kemudian ditebusnya. Peristiwa ini diketahui oleh sahabat dan pengikut
Plato di Athena. Kemudian mereka mengumpulkan uang untuk mengganti harga
penebus yang dibayar oleh Annikeris. Tapi, Annikeris menolak pergantian uang
tersebut, dan akhhirnya uang tersebut digunakan untuk membeli sebidang tanah
dan dijadikan lingkungan sekolah atau pondok yang sekitarnya terdapat kebun
yang indah. Tempat itu diberi nama “Akademia”, dan disinilah sejak umur 40
tahun sampai meninggalnya umur 80 tahun, Plato menngajarkan filsafatnya dan
mengarang tulisan – tulisan sepanjang masa.
Plato menggunakan metode dialog sebagaimana Sokrates, dalam
mengantarkan filsafatnya. Sistem tanya jawab diterapkannya kepada murid –
muridnya. Suatu soal jawab dipecahkan bersama – sama oleh kelompok seorang
murid, dan memberikan soal jawab kepada
kelompok lain untuk menjawab soal baru, seperti itulah salah satu metodenya,
yang diajarkan di akademia.
Seorang filosof menulis tentang Plato sebagai berikut :
“Plato pandai berbuat. Ia dapat belajar seperti Solon dan mengajar
seperti Sokrates. Ia pandai mendidik pemuda yang ingin belajar dan dapat
memikat hati serta perhatian sahabat – sahabat pada dirinya. Murid – muridnya
begitu sayang kepadanya seperti ia sayang kepada mereka. Dia itu bagi mereka
adalah sahabat, guru dan penuntun.”[4]
Tatkala seorang muridnya merayakan pernikahannya, Plato yang sudah
berumur 80 tahun datang juga pada malam perjamuan itu. ia turut riang dan
gembira setelah agak larut malam, ia mengundurkan diri kepada suatu sudut yang
sepi dalam rumah itu. disana ia tertidur dan tidur untuk selama-lamanya dengan
tiada bangkit lagi. Esok harinya seluruh Atena mengantarkannya ke kubur. Plato
tidak pernah menikah dan tidak punya anak. Kemenakannya Speusippos menggantikannya
mengurus Akademia.
2.
3 Pemikiran Plato
Pemikiran yang dicetuskan dari filosofi Plato ialah
pendapatnya tentang idea. Ini merupakan suatu ajaran yang sangat sulit
memahaminya. Salah satu sebab ialah bahwa pahamnya tentang idea selalu
berkembang. Bermula idea itu dikemukakan sebagai teori logika. Stelah itu teori
tentang idea meluas menjadi pandangan hidup, serta menjadi dasar umum bagi
ilmu, politik, sosial dan pandangan agama. Menurut Plato, idea ialah realitas
yang sebenarnya dapat dikenali oleh panca indera apabila dari segala sesuatu
yang ada. Baginya kehidupan semua ini merupakan bayangan dari dunia idea. Dunia
lahir dari dunia pengalaman yang selalu berubah – ubah dan berwarna – warni. Banyangan
pada hakikatnya hanyalah tiruan dari yang asli yaitu idea. Maka dari itu dunia itu berubah – ubah.
Menurut Plato, idea bukan pengertian jenis saja, namun juga bentuk
dari keadaan yang sebenarnya. Idea bukanlah suatu pikiran, melainkan suatu
realita. Pendapat Parmenides tentang adanya yang satu kekal, dan tidak
berubah-ubah. Tetapi ada yang baru dalam ajaran Plato ialah pendapatnya tentang
suatu dunia yang tidak bertubuh. Idea itu tempatnya ada di dalam dunia yang
lain. Semua pengetahuan adalah tiruan dari yang sebenarnya[5],
sesuatu yang ada dalam jiwa sebagai ingatan pada dunia yang asal.
Jiwa merupakan penghubung antara dunia idea dan dunia bertubuh.
Dunia yang bertubuh adalah pandangan dan pengalaman yang dapat
diketahui dan dirasakan oleh tubuh, seperti halnya panca indera. Dalam semua
itu semuanya bergerak dan berubah senantiasa, tidak ada yang tetap dan kekal.
Sedangkan dunia idea adalah dunia khayalan atau realita.
Ada tiga pokok pemikiran Plato, yang merupakan gelombang saling
susul – menyusul, yang dikatakan bahwa yang dibelakang lebih besar daripada
yang telah mendahuluinya.[6]
Teori ini disebut sebagai gelombang, karena kebanyakan dari teori Plato telah
mengguncang “kebenaran” yang sudah umum dan bertentangan dengan tradisi dan
kebiasaan yang sudah ada. Diataranya adalah :
1.
Gelombang
Pertama (the first wave)
Gelombang pertama adalah laki – laki dan perempuan mempunyai
kedudukan yang sama, terutama dalam pendidikan dan pekerjaan. Pemikiran yang
seperti ini, yang bertolak belakang dengan kenyataan pada masa itu, bahwa
laki-laki dan perempuan harus dibedakan. Palto mengatakan :
. . . both woman and man my have the
same nature fit for guarding the city . . .
. . . wanita dan pria memiliki sifat
– sifat dasar yang sama, yang pantas untuk menjaga
negara . . .
2.
Gelombang
kedua (the second wave)
Gelombang kedua adalah pernyataan Plato untuk menghapuskan
perkawinan dan keluarga untuk membentuk suatu negara besar, yaitu negara, sehingga
semua orang bersaudara di dalam negara.[7]
Sebagaimana dalam karyanya Republic :
. . . you are all brothers in the city.
. . . di dalam negara kamu semua bersaudara.
Maksud dan tujuannya adalah untuk meningkatkan loyalitas suatu
negara, agar setiap manusia tidak direpotkan oleh keluarganya masing – masing.
Karena yang diinginkan Plato adalah membentuk suatu negara besar yang bersatu
dan terpelihara tali persaudaraan.
3.
Gelombang
ketiga (the third wave)
Gelombang yang ketiga adalah kekuasaan politik negara lebih baik
dipegang oleh para filsuf, agar kecerdasan ilmu pengetahuan yang tinggi dapat
dipegang oleh para cendekiawan, sehingga tingkat kearifan sejati dapat memimpin
negara.
Pokok tinjauan filosofi plato ialah mencari pengetahuan tentang
pengetahuan. Ia bertolak dari ajaran gurunya sokrates yang mengatakan “budi
ialah tahu”. Budi yang berdasarkan pengetahuan menghendaki suatu ajaran tentang
pengetahuan sebagai dasar filosofi. Pertentangan antara pikiran dan pandangan
menjadi ukuran bagi plato. Pengertian yang mengandung didalamnya pengetahuan
dan budi, yang dicarinya bersama-sama dengan sokrates, pada hakekat dan asalnya
berlainan sama sekali dari pemandangan. Sifatnya tidak diperoleh dari
pengalaman. Pemandangan hanya alasan untuk menuju pengertian. Ia diperoleh atas
usaha akal sendiri.
2.
3 Karya Plato
Plato menjadi seorang satrawan yang
dikagumi oleh banyak orang, dari hasil karyanya ia menjadi terkenal, dan hampir
semua karyanya ditulis dalam bentuk dialog dengan gaya bahasa yang indah dan
menawan. Ada sebuah daftar karya Plato yang disusun oleh Thrasyllos (meninggal
36 M). Thrasyllos membagi daftar karya tulis Plato menjadi sembilan kelompok
terdiri dari empat karya tulis (tertralogies), dapat disimpulkan bahwa bagi
Thrasyllos semua karya Plato berjumlah tiga puluh enam buah.[8]
Karya tulis Plato dibagi atas beberapa masa, diantaranya :
A.
Pada masa muda, karya
tulisnya berupa : Apologie, Kriton, Ion, Protagoras, Laches, Politea Buku I
(Republik), Lysis,Charmides dan Euthyphron. Karya pada masa muda ini banyak
berpegang teguh pada pendirian gurunya Plato.
B.
Karya tulis pada masa
peralihan, di Megara, diantaranya : Gorgias, Kratylos, Menon, Hippias dan
lainnya. Pada karya tulis ini banyak membahas tentang pertentangan politik dan
pandangan hidup.
C.
Pada masa pematangan,
pada masa ini karyanya terkenal sepanjang masa yang membahas tentang idea,
menjadi ajaran pokok Plato, seperti teori pengetahuan, metafisika, fisika,
psikologi, etik, politik, dan estetika. Diantara karyanya sebagai berikut :
Phaidros, Symposion, Phaidon, dan Politeia II-X.
D.
Pada masa tua, salah
satu karyanya yang membahas tentang ilmu spesial, seperti ilmu alam dan ilmu
kesehatan. Yaitu : Timaios, Parmenides, Sophistos, Politikos, Philibos, Theaitetos,
Kritias dan Nomoi.
Pada tahun 1578 di Paris, terbitlah
satu edisi karya Plato yang disunting dan diterbitkan oleh H. Stephanus. Pada
saat ini sudah banyak terjemahan karya tulis Plato ke dalam bahasa Inggris yang
baik dan teliti dari terjemahan sebelumnya. Beberapa diantaranya :
1.
The Laws, terjemahan
T.J Saunders. Harmond-worth. Tahun 1970
2.
The Laws, terjemahan
A.G. Taylor. London : Dent, 1960
3.
Republic, terjemahan
F.M Cornford. Oxford : Oxford University Press, 1978
4.
The Sophist and
Statesman, terjemahan A.E. Taylor. London : Nelson, 1961
5.
Statesman, terjemahan
J.B Skemp. Red. M.Ostwald. New York : Liberal Arts Press, 1957
6.
The Complete Texts of
Plato’s Great Dialogues. Terjemahan W.H.D. Rouse. New York : New American
Library, 1970
Salah satu karya tulisnya yang
berjudul Replublic, banyak membahas tentang kehidupan manusia dan negara. Seperti
:
1.
Asal mula pembentukan
negara
Menurut Plato asal mula tebentuknya
suatu negara karena adanya keinginan dan kebutuhan yang dapat terpenuhi apabila
mereka bersatu dan bekerja sama, agar keterbatasan atau kekurangan mereka dapat
terpenuhi. Maka dari itu sistem pelayanan dalam suatu negara harus dapat
bertanggung jawab, saling membantu, menerima dan memberi serta dpat
memperhatikan kebutuhan antar manusia. Dengan demikian bahwa negara ideal Plato
bukanlah negara khayalan.
Plato menyaksikan betapa negara
menjadi rusak dan buruk akibat penguasa yang korup, sedangkan bagi Plato negara
dan manusia memiliki persamaan.[9]
Maksudnya adalah masalah molaritas harus di utamakan serta menjadi hakiki di
dalam negara. Begitu juga manusia dalam menjadi penguasa di Negara. Plato yang
dipengaruhi oleh Sokrates menempatkan kebajikan dan kebaikan sebagai ide yang
tertinggi. Dari beberapa filsuf
menarik kesimpulan dari Plato, bahwa Negara
ideal adalah suatu komunitas etikal untuk mencapai kebajikan dan kebaikan
itu. Salah satu penyebab Plato yang membuatnya menjadi
seorang yang aristokrat yang kritis terhadap demokrasi adalah pecahnya perang
Peloponesos, yang pada saat itu Plato menyaksikannya sendiri pada umur ke dua
puluh tiga tahun, bahwa Athena kalah dari Sparta. Pada masa Athena yang berada
dalam pemerintahan demokratis, dari sinilah pemerintahan demokratis yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan rakyat dibidang politik, moral, dan spiritual.
2.
Tujuan, fungsi dan
tugas negara
Tujuan dalam negara bagi Plato
adalah untuk menciptakan kesenangan dan kebahagiaan, oleh sebab itu maka tugas
negara adalah mengupayakan kesenangan manusia bisa tercipta, dengan menggunakan
sistem pelayanan, dari rakyat untuk rakyat. Sedangkan fungsi negara adalah
memfasilitasi apa yang menjadi kebutuhan manusia dalam bernegara.
3.
Bentuk – bentuk negara
Plato mengemukakan bahwa bentuk
negara ada lima, sebagaimana sesuai dengan kondisi jiwa manusia. Plato
mengatakan :
.
. . if there are five kinds of contitutions, there should be five conditions
of soul of private men.[10]
.
. . jika ada lima macam bentuk (negara), seyogyanya ada lima kondisi jiwa
manusia pribadi.
Dari lima bentuk negara ini
tersusun atas beberapa tahap, diantaranya :
Ø Aristokrasi,
ialah bentuk negara yang sempurna, yang dipimpin oleh seorang cendekiawan.
Ø Timokrasi,
ialah bentuk negara yang lebih mengutamakan kepentingan sendiri untuk
mendapatkan kehormatan yang besar.
Ø Oligarki,
ialah bentuk negara yang ingin memperkaya diri dan menimbun harta sebanyak –
banyaknya.
Ø Demokrasi,
ialah bentuk negara yang mengutamakan kepentingan rakyat, dan memperhatikan
kebebasan dan kemerdekaannya.
Ø Tirani,
ialah bentuk negara yang tidak lagi melindungi rakyat, dan sebaliknya akan
menindas rakyat.
4. Pembagian
kelas dalam negara
Menurut Plato negara ideal terbagi
menjadi tiga, sebagaimana sama dengan pembagian jiwa manusia, yang dikenal
dengan nama “ Plato’s Tripartite Theory of the Soul “ ( Teori Plato tentang
tiga bagian jiwa ). Kesamaan dari tiga pembagian ini dihubungkan oleh Plato
sebagai berikut :
Ø Kelas
penasehat/pembimbing (counsellor) ialah para cendekiawan atau para filsuf,
yang sejajar dengan fikiran/akal manusia (nous).
Ø Kelas
pembantu (the state-assistants) ialah militer, yang sejajar dengan semangat/keberanian
(thumos).
Ø Kelas
penghasil (money makers), ialah para petani, pengusaha dan lainnya, yang
sejajar dengan keinginan/kebutuhan (Epithuma).
Ciri-ciri
Karya-karya Plato
· Bersifat
Sokratik
Karya-karya yang ditulis pada masa
mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan karangan Sokrates sebagai
topik utama karangannya.
· Berbentuk
dialog
Hampir semua karya Plato ditulis
dalam nada dialog. Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa pena dan
tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu. Oleh
karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling
cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog.
· Adanya
mite-mite
Plato menggunakan mite-mite untuk
menjelaskan ajarannya yang abstrak
dan adiduniawi Verhaak menggolongkan
tulisan Plato ke dalam karya sastra bukan ke dalam karya ilmiah yang sistematis
karena dua ciri yang terakhir, yakni dalam tulisannya terkandung mite-mite dan
berbentuk dialog.
2. 4 PENGARUH PLATO Terhadap
Masa Setelahnya
Pengaruh Pemikiran Plato
Plato pemikirannya bersifat idealis, spekulatif, sugesti,
dan puitis. Karya-karya pemikirannya tersebar dan dikenal sebagian besar di
antaranya terdapat dalam dialog dengan Socrates bagai pertunjukan drama
sekaligus filsafat. Tidak ada penulis klasik yang lebih sering dikutip
pemikirannya oleh komentator politik modern daripada Plato. Pemikirannya masih
memiliki relevansi, elan vital dan sejalan dengan pemikiran kontemporer seperti
saat ini.
Pengaruh pemikiran plato kepada para pemikir filsafat
lain setelahnya adalah Aristoteles. Sebagai murid Plato yang sangat pintar,
Aristoteles adalah pribadi yang memiliki karakter ilmuwan yang serius.
Karya-karyanya dikenal kritis, analitis, empiris dan spekulatif. Meski agak
berbeda dengan gurunya plto namun pandangan, gaya dan substansi pemikirannya
mampu mewakili semua tradisi pemikiran barat. Dalam filsafat kristen, misalnya,
Agustinus lebih Platonian sedangkan Aquinas mengikuti gaya Aristotelian. Di era
modern yang menyebutnya kaum rasionalis lebih condong ke pemikir Platonian
ketimbang Aristotelian. Sementara mereka yang bukan keliompok idealis tetapi
empiris lebih berkiblat pada pemikiran Aristoteles. Di jerman, kebanyakan para
pemikirannya mengikuti Mahzhab Platonian karena menggandrungi tradisi filsafat
Plato yang cenderung idealis, reflektif, dan spekulatif. Hegel, Karl Mark, dan
pemikir mahzhab Frankfurt hanyalah beberapa kelompok yang terkena virus
pemikiran Plato tersebut.
Semisal Georg Wilhelm Friedrich Hegel dalam kajian
politiknya tentang negara dan civil society. Menurut Hegel, negara adalah
realisasi rasio dalam masyarakat. Menurut Hegel, Civil Society adalah “ sphere
of necessity” yang berisi “ system of needs” seperti keinginan, selera,
insting, dan kebutuhan ekonomis. Hegel juga menekankan bahwa kebebasan itu
secara esensial politis. Maksudnya, individu bebas hanya sebagai entitas
politis. Dari pemikirannya Hegel tersebut dapat dilihat bahwa idenya
terpengaruh dari pemikiran yunani kuno (plato), di mana polis di yakini sebagai
bentuk tertinggi dari perkumpulan manusia, ruang di mana manusia dimungkinkan
merealisasikan diri.
Kesulitan
menentukan arti penting pengaruh Plato sepanjang masa –meski luas dan menyebar–
adalah ruwet dipaparkan dan bersifat tidak langsung. Sebagai tambahan teori politiknya,
diskusinya di bidang etika dan metafisika telah mempengaruhi banyak filosof
yang datang belakangan. Apabila Plato ditempatkan pada urutan sedikit lebih
rendah ketimbang Aristoteles dalam daftar sekarang ini, hal ini terutama
lantaran Aristoteles bukan saja seorang
filosof melainkan pula seorang ilmuwan yang penting. Sebaliknya, penempatan Plato lebih
tinggi urutannya ketimbang pemikir-pemikir seperti John Locke, Thomas Jefferson
dan Voltaire, sebabnya lantaran tulisan-tulisan ihwal politiknya mempengaruhi
dunia cuma dalam jangka masa dua atau tiga abad, sedangkan Plato punya daya
jangkau lebih dari dua puluh tiga abad.
PENUTUP
Kesimpulan
Plato lahir di Athena pada tahun 428 SM dan meninggal di sana pada
tahun 347 S.M. dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang
turun-temurun memegang politik penting dalam politik Atena. Nama aslinya Plato ialah
Aristokles. Sedangkan nama Plato diberikan oleh gurunya senam. Kemudian nama
ini menjadi resmi yang diabadikan lewat karya – karyanya. Plato dikenal sebagai
filsuf yang memiliki peringkat terdepan sepanjang masa, yang menggunakan
filsafat panjang, yang berarti cinta pengetahuan. Plato termasuk seorang pemuda
yang cerdas. Pada masa kecil, selain pelajaran umum, seperti menggambar,
melukis, serta belajar musik dan puisi. Ia mampu membuat karangan yang
bersajak. Pemikiran yang dicetuskan dari filosofi Plato ialah
pendapatnya tentang idea. Ini merupakan suatu ajaran yang sangat sulit
memahaminya. Salah satu sebab ialah bahwa pahamnya tentang idea selalu
berkembang. Bermula idea itu dikemukakan sebagai teori logika. Stelah itu teori
tentang idea meluas menjadi pandangan hidup, serta menjadi dasar umum bagi
ilmu, politik, sosial dan pandangan agama. Pengaruh
pemikiran plato kepada para pemikir filsafat lain setelahnya adalah
Aristoteles. Sebagai murid Plato yang sangat pintar, Aristoteles adalah pribadi
yang memiliki karakter ilmuwan yang serius. Karya-karyanya dikenal kritis,
analitis, empiris dan spekulatif. Hegel juga menekankan bahwa kebebasan itu
secara esensial politis. Maksudnya, individu bebas hanya sebagai entitas
politis. Dari pemikirannya Hegel tersebut dapat dilihat bahwa idenya
terpengaruh dari pemikiran yunani kuno (plato), di mana polis di yakini sebagai
bentuk tertinggi dari perkumpulan manusia, ruang di mana manusia dimungkinkan
merealisasikan diri.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Drs, Atang Abdul, M.A. dan Drs. Beni
Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat Umum dari Teologi sampai Teofilosofi. CV
Pustaka Setia. Bandung : 2008.
Melling, David. Jejak Langkah Pemikiran
Plato. Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta.
Beoang, Dr. Konkrad Kebung, SUD. Plato
Menuju Pengetahuan yang Benar. Penerbit Kanisius, Yogyakarta : 1997.
Hatta, Mohammad. Alam Pikiran Yunani. Universitas
Indonesia Press. Jakarta : 1986.
DR.
J.H. Rapar, Th.D., Ph.D, Filsafat Politik Plato, Rajawali,. Jakarta.
1991.
Menurutku memang model pemikiran filosof berasal dari pemikiran Aristoteles dan Plato
BalasHapusnggeh..
Hapussama2 mas..
BalasHapusmantap... Om
BalasHapusokay.. thanks..
HapusSitus Dewa Poker
BalasHapusAgen Domino qq
Poker Online Terpercaya
Agen Domino 99
Poker Online 88
Situs Judi Online
Poker88
Daftar Poker
Situs Poker
Agen Poker
Judi Poker
Agen Poker Online Terpercaya
Situs Dewa Poker
Agen Domino qq
Poker Online Terpercaya
Agen Domino 99
Poker Online 88
Situs Judi Online